Zona Aneh - KETERSEDIAAN listrik dan air seringkali menjadi permasalahan krusial di kota besar. Berbagai langkah strategis pun dilakukan untuk mencukupi kebutuhan sekaligus memberi layanan prima pada masyarakat.
Tahun demi tahun berlalu, namun harapan mendapatkan pelayanan publik yang ideal masih relatif belum tercapai. Terlebih bagi masyarakat perkotaan yang berdomisili di area pinggiran atau pedalaman.
Namun di sebuah pulau yang relatif terpencil, Pulau Miang Besar, Kecamatan Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, pemenuhan kebutuhan air dan listrik bisa dilakukan dengan aksi swadaya masyarakat. Kuncinya ada pada kekompakan warga dalam mencari solusi bersama atas permasalahan bersama.
Kekompakan itulah yang menimbulkan kejelian warga meracik strategi di tengah keterbatasan sumberdaya. Hasilnya, mayoritas rumah di area permukiman pulau tersebut telah terhubung dengan jaringan listrik dan air.
Untuk pemenuhan kebutuhan air, warga telah mendesain jaringan distribusi ke setiap rumah. Yang istimewa, tak ada bendungan yang menjadi sumber air baku. Air tawar yang jernih itu justru berasal dari dua sumur tua yang jaraknya masing-masing 5 meter dan 30 meter dari bibir pantai.
Sumur pertama memiliki permukaan air yang berjarak 7 meter dari permukaan tanah dengan ketinggian air 0.5 meter. Sedangkan sumur kedua memiliki permukaan air yang berjarak 4 meter dari permukaan tanah dengan ketinggian air hanya 0.25 meter. Adapun diameter cincin sumur hanya sekitar 1,2 meter.
Dua warga Pulau Miang Besar, Abdul Muin dan Kadir, menjelaskan sumur tersebut dinilai sebagai anugerah Ilahi yang "ajaib" bagi warga. Selain kualitas air yang baik yang terjaga bertahun-tahun, debit air di sumur tersebut tak pernah surut, walaupun di musim kemarau.
"Kami juga heran dengan kedua sumur ajaib tersebut. Walaupun disedot dengan pompa berkekuatan besar, debit air di dalam sumur tidak berkurang. Tapi kalau tidak disedot, airnya juga tidak naik. Tetap saja dalam ketinggian yang sama," katanya.
Padahal saat disedot, aliran air begitu deras mengalir menuju empat tandon yang ditempatkan sejajar. Keempat tandon inilah yang menjadi penampungan air untuk dialirkan ke seluruh rumah. "Jadi warga pulau ini bisa langsung membuka kran di rumah dan mendapatkan air dari kedua sumur ini," kata Muin.
Untuk pengelolaan "PDAM" swadaya ini, warga memberlakukan iuran wajib sebesar Rp 25.000 per KK per bulan. Selain itu, diberlakukan pola piket warga untuk mengaktifkan pompa penyedot setiap harinya. Pompa itu mendapatkan aliran listrik dari genset khusus.
Hal unik lainnya dari sumur tersebut, bila dasar sumurnya digali agar ketinggian air bertambah, justru air sumur menjadi lebih asin. "Kami menganggap sumur itu anugerah. Awalnya sumur ditemukan oleh orang shalih yang mendapatkan mimpi," katanya. Padahal sebelumnya, warga cukup kesulitan sumber air bersih. Kalaupun ada sumur, jaraknya relatif jauh dari permukiman,
Selain air, warga juga mendapatkan jaringan listrik. Perbedaannya, bila sumur dikelola warga, namun listrik dikelola perorangan. Warga yang lain mendapatkan listrik dengan jalan membayar tagihan per item alat elektronik yang dimiliki.
"Ada salah satu warga yang memiliki genset. Warga tersebut mendistribusikan listrik pada warga yang lain. Pembayarannya bervariasi sesuai alat elektronik yang dimiliki," kata Muin.
Misalnya, sebuah lampu lima watt dikenai tarif Rp 30.000 per bulan. Televisi dikenai tarif Rp 75.000 per bulan. Sedangkan kulkas tarifnya lebih tinggi. "Listrik dialirkan mulai pukul 18.00 sampai pagi," katanya. Saat ini, pemerintah desa juga masih mempersiapkan genset baru melalui program PNPM.
Belajar dari interkoneksi jaringan listrik dan air di pulau Miang Besar, ternyata best practice tak hanya muncul di kawasan metropolitan atau megapolitan. Namun bisa juga di kawasan terpencil yang harus dijangkau dengan akses yang sulit. Kiranya potret kearifan lokal ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak kalangan yang rindu kemajuan.
Terkait dua sumur di Pulau Miang Besar yang tampak berukuran kecil namun memiliki debit air yang sangat besar, mantan peneliti senior LIPI, Prof Noerdjito, menilai besar kemungkinan, sumur tersebut merupakan mata air yang menjadi bagian dari karst.
Ia menjelaskan, karst merupakan batuan gamping yang beberapa senyawa penyusunnya dapat larut ke dalam air. Di antara batuan-batuan dasar yang tidak dapat larut dan kedap air dapat terbentuk sungai-sungai bawah tanah. Sungai-sungai tersebut dapat membentuk bejana berhubungan.
"Dalam hal ini, terdapat mata air tawar di beberapa pulau. Antara lain di Pulau Derawan, Bilang-bilang, Birah-birahan, juga Miang Besar. Hal ini menunjukkan adanya kawasan karst yang tidak tersingkap di permukaan tanah, namun memiliki sungai bawah tanah berbentuk bejana berhubungan," katanya.
Manfaat mata air di pulau tersebut antara lain penyedia air minum untuk nelayan, pendukung pariwisata, juga mempertahankan keanekaragaman hayati. Bocornya bejana berhubungan akan mematikan mata air yang bersangkutan dan menghilangkan manfaat.
Untuk melestarikan mata air, tidak boleh dilakukan kegiatan yang dapat membocorkan "bejana berhubungan". Juga dengan mempertahankan kemampuan daerah tangkapan air untuk menangkap, menyimpan, dan mendistribusikan air hujan.
"Dalam hal ini, aliran air serta letak batang-batang sungai di dalam tanah atau karst tidak diketahui. Oleh karena itu, ekosistem kawasan karst harus utuh," katanya. Air dari kawasan karst juga diperlukan untuk mendukung kegiatan pertanian. Hal ini karena kawasan Sangkulirang Mangkaliat memiliki curah hujan yang relatif rendah.
Aktifitas penempatan batu bara pada stockfile di pulau tersebut diyakini akan mengakibatkan pencemaran terhadap mata air. "Miang Besar itu tersusun atas batuan terumbu yang memiliki beberapa serapan seperti busa. Ada pori-pori kecil tempat masuknya air. Berbeda dengan kawasan tanah atau aluvial," kata pakar karst Institut Teknologi Bandung (ITB), DR Pindi Setiawan.
sumber:internet Description: Sumur Ajaib Bisa Menerangi dan Menghidupi Warga Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Sumur Ajaib Bisa Menerangi dan Menghidupi Warga
0 comments :
Posting Komentar