Layaknya rumah tangga, kehidupan dua negara yang bertetangga pasti rawan konflik, bukan saja konflik batas wilayah, tetapi juga konflik-konflik yang kain seperti konflik ideologi, sosial, politik dan budaya. Seperti yang tengah dialami Indonesia dengan negara tetangganya Malaysia sekarang ini. Konflik serupa juga terjadi antara Korea sealatan-Korea Utara, China-Jepang, India-Pakistan, dan lain-lain.
Konflik perbatasan umumnya memicu reaksi yang paling tajam, seperti yang akhir-akhir ini terjadi antara Korea Selatan-Korea Utara, China-Jepang, dan Indonesia-Malaysia. Salah-salah, konflik perbatasan ini, jika tidak diselesaikan dengan cepat dan bijaksana, bisa memicu perang.
Reaksi seperti itulah yang kini dirasakan oleh Indonesia atas manuver Malaysia di seputar perbatasan. Penangkapan kapal nelayan Malaysia oleh pasukan keamanan laut Indonesia beberapa hari yang lalu telah menimbulkan protes dari pihak Malaysia dan reaksi keras dari rakyat Indonesia. Reaksi rakyat Indonesia diperparah oleh adanya helikopter Malaysia yang bermanuver di atas kapal nelayan Malaysia, seolah-olah ingin menghalang-halangi usaha penangkapan kapal nelayan mereka tersebut.
Ini adalah konflik perbatasan yang yang kesekian yang terjadi antara Indonesia-Malaysia setelah konflik Ambalat beberapa tahun silam, dan beberapa konflik lainnya yang datang susul menyusul, termasuk konflik seputar tenaga kerja Indonesia (TKI) dan saling klaim produk-produk kebudayaan antarkedua negara.
Dan sebagaimana biasa, konflik-konflik tersebut memicu reaksi keras dari kedua belah pihak, Indonesia khususnya. Reaksi yang timbul di media cetak dan media audio-visual umumnya agak lunak dan lebih bijaksana dan berhati-hati. Tetapi di media online, caci maki, kata-kata kasar, dan hinaan tanpa tedeng aling-aling banyak terdapat.
Sikap Indonesia yang begitu reaktif dalam hal ini mungkin ada hubungannya dengan hubungan emosional tradisional antara Indonesia-Malaysia.
Indonesia-Malaysia adalah bangsa serumpun, begitulah yang sering disebut-sebut. Dari segi penduduk, Indonesia-Malaysia mempunyai banyak kesamaan. Konon, banyak penduduk Malaysia yang berasal dari Indonesia; banyak penduduk Malaysia yang merupakan perantau Indonesia tempo doeloe yang tidak kembali ke kampung halamannya. Begitu juga dalam bidang bahasa, agama, dan adat istiadat, banyak kesamaan.
Dalam hubungan yang unik ini, Indonesia adalah saudara Malaysia. Dalam hal ini, Indonesia boleh mengklaim diri sebagai kakak Malaysia karena Indonesia duluan merdeka, dan dalam beberapa hal Malaysia banyak belajar dari Indonesia, dan karena luas wilayah Indonesia yang jauh lebih besar dari Malaysia.
Sebagaimana hubungan kakak-adik seacara tradisional, kakak dipandang lebih dewasa daripada adik. Kakak adalah orang yang lebih berpengalaman dan adik adalah orang yang memerlukan bimbingan. Kakak lebih bijaksana daripada adik. Dan kakak harus pandai-pandai menjaga adik.
Dalam bidang ekonomi pun demikian. Kakak lebih dulu membantu adik. Apabila sang adik telah tumbuh dewasa dan pandai dan lebih mampu secara ekonomi daripada sang kakak, tidak jarang adiklah yang menopang sang kakak. Dalam hubungan keluarga yang tradisional, hal demikian adalah umum terjadi. Begitu pulalah kiranya hubungan Indonesia-Malaysia dewasa ini. Adanya ratusan ribu, atau mungkin jutaan, tenaga kerja Indonesia di Malaysia kiranya menggambarkan hubungan kedua negara dalam bidang ekonomi.
Dan sejauh ini, Indonesia sudah cukup pandai memainkan perannya sebagai kakak. Indonesia, dalam hal ini pemerintah, sudah cukup bijaksana dalam menyelesaikan setiap konflik yang timbul antara adik dan kakak ini. Indonesia cukup pandai dalam meredakan mengemongi sang adik yang sering ngambek itu.
Namun, di kalangan masyarakat, tindakan pemerintah dinilai lembek dan terkesan tidak berdaya. Banyak suara-suara yang menuntut cara penyelesaian yang lebih esktrem, seperti perang. Apa yang dilakukan pemerintah Indonesia saat ini tidak cukup memberi pelajaran bagi Malaysia. Tidak cukup membuat Malaysia kapok. Ya, Malaysia harus diberi pelajaran. Dan harga diri bangsa yang diinjak-injak harus dibela. Dengan kata lain, Malaysia sudah keterlaluan, dan Indonesia terlalu banyak mengalah. Indonesia adalah negara yang paling sabar di dunia, begitu menurut sebagian masyarakat yang tidak bahagia dengan tindakan pemerintah sejauh ini.
Benarkah Malaysia sudah keterlaluan. Benarkah Indonesia terlalu banyak mengalah.
Saya kira apa yang terjadi sejauh ini masih wajar sebagai negara yang bertetangga. Siapa pun yang bertetangga pasti mengalami konflik. Konflik adalah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara dan bertetangga. Pelanggaran wilayah perbatasan adalah hal yang manusiawi sejauh hal itu tidak disengaja. Konflik TKI dengan pemerintah Malaysia adalah kasuistik. Dari sekian juta TKI yang ada di Malaysia, berapa orangkah yang mengalami konflik dengan pemerintah. Lagi pula, jangankan di negeri orang, di negeri kita sendiri pun konflik tenaga kerja dengan pemerintah sering terjadi.
Stay cool, Man. Korea Selatan yang satu unit kapalnya sudah ditenggelamkan oleh tembakan torpedo Korea Utara dan salah satu pulaunya sudah ditembaki dengan rudal oleh sohibnya yang di utara itu pun masih bisa menahan diri, berpikir dengan kepala dingin. Begitu juga dengan Jepang yang dua kapal patrolinya pernah ditabrak oleh kapal nelayan China yang sudah memasuki wilayah perairan mereka. Konflik Jepang-China dan konflik Korea Utara-Korea Selatan tensinya lebih tegang daripada konflik Indonesia-Malaysia. Tapi dalam hal ini, Jepang dan Korea Utara telah memberikan contoh yang baik.
Apakah kita mau menjadi bangsa Paria, bangsanya para social outcast, yang setiap disenggol sedikit mengamuk dan mengajak berkelahi.***
saya rakyat malaysia..:saya sokong pendapat kamu...dan pada pendapat saya Indonesia dan Malaysia selalu bercanggahan pendapat.ini bagus kerana ia dapat meningkatkan mutu kedua-dua bah negara. dan sebagai bangsa melayu,kita seharusnya tidak patut berkelahi sesama sendiri kerana pada pendapat saya,ini adalah mainan the hidden hand@freemason untuk memecahbelahkan bangsa melayu kerana kuatir bangsa melayu akan bangkit menentang mereka. semoga malaysia dan indonesia selalu berbaik dan bukannya bermusuhan...assalamualaikum..
BalasHapus